Salman al-Farisi anakku



HARI INI 25 Januari 2010 genaplah usia anak Awang yang nombor 4 berumur 7 tahun. Namanya, Salman al-Farisi yang dilahirkan pada jam 5.54 pagi tujuh tahun lalu di Hospital Sultanah Nur Zahirah (HSNZ) Kuala Terengganu.

Pada ketika itu, Awang berusia 31 tahun dan ‘zaujah’ (isteri) Awang pula yang dikenali dengan panggilan ‘Kak Wan’ berumur 30 tahun.

‘Dan Sebenarnya’….nama Salman al-Farisi menjadi pilihan Awang kerana mempunyai nilai sejarah serta sirah perjalanannya yang tersendiri.

Sebab itu, hampir kesemua anak-anak Awang mempunyai nama-nama yang terkenal dalam sejarah Islam serta perjuangannya.

Oleh kerana, hari ini ulang tahun kelahirannya yang ke-7 dan Awang sebenarnya hampir terlupa dan sememangnya terlupa.

Namun begitu, sekitar jam 9.00 malam (25 Januari) iaitu tiga jam sebelum berakhirnya tarikh tersebut satu majlis ‘kecil-kecilan’ adik-beradiknya bersama ibunya(isteriku) membelah serta memakan kek coklat ‘hari jadi’ khas untuk Salman al-Farisi.
Awang tanya kek untuk apa? Maka, dijawab oleh ‘zaujah’ (isteri) Awang sempena hari kelahiran Salman al-Farisi.

Kesibukkan dan kealpaan membuatkan Awang terlupa tarikh-tarikh penting untuk anak-anak sebenarnya. Jika sebelum ini, kami anak-beranak akan adakan majlis tersebut bersama dengan membawa ke suatu tempat sama ada perkelahan atau peranginan.

Kami anak-beranak akan raikan mana-mana anak yang terkena tarikh ulang tahun kelahiran akan diraikan bersama sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Yang Maha Esa.
Meski pun, Awang tidak meminati kuih kek tetapi demi anak-anak Awang turut serta makan bersama sebagai tanda meraikannya…alhamdulillah.

Kali ini Awang cuba bawa sedikit kisah dan sejarah manusia yang bersama Salman al-Farisi yang menjadi pilihan Awang serta diabadikan pada nama salah seorang anak lelaki Awang.

Salman al-Farisi pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan dari Persia (Parsi-Iran) yang menganuti agama Majusi. Namun dia tidak merasa tenang dengan agama tersebut.

Pergolakan batin rohaninya itulah yang mendorong anak muda tersebut untuk mencari agama yang dapat mententeramkan hatinya.

Kisah Salman diceritakan secara langsung kepada seorang sahabat dan keluarga dekat Nabi Muhammad yang bernama Abdullah bin Abbas.

Salman dilahirkan dengan nama Persia, Rouzbeh, di kota Kazerun, Parsi, Iran. Ayahnya adalah seorang Dihqan (ketua) kampong/ desa. Dia dari golongan orang terkaya di sana dan memiliki rumah terbesar.

Ayahnya sangat menyayangi Salman berbanding adik-beradik yang lain. Seiring waktu berlalu, ‘cintanya’ (saying) kepada Salman semakin kuat dan membuatnya semakin takut kehilangan Salman. Ayahnya pun menjaga dia di rumah seperti di ‘penjara’.

Ayah Salman memiliki sebuah kebun yang luas serta hasil yang melimpah. Suatu ketika, ayahnya meminta dia (Salman) mengerjakan satu tugas di tanahnya. Tugas dari ayahnya itulah yang menjadi awal pencarian kebenaran.

"Ayahku memiliki tanah subur yang luas. Suatu hari, ketika dia sibuk dengan pekerjaannya, dia menyuruhku untuk pergi ke tanah itu dan memenuhi beberapa tugas yang dia inginkan. Dalam perjalanan ke tanah tersebut, saya melalui gereja Nasrani.

“Saya mendengarkan suara orang-orang solat di dalamnya. Saya tidak mengetahui bagaimana orang-orang di luar hidup, karena ayahku selalu melarang aku keluar rumah. Maka ketika saya melewati orang-orang itu (di gereja) dan mendengarkan suara mereka, saya masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan.

"Ketika saya melihat mereka, saya menyukai solat mereka dan menjadi tertarik terhadapnya (yakni agama). Saya berkata (kepada diriku), 'Sesungguhnya, agama ini lebih baik daripada agama kami”.

Salman memiliki pemikiran yang terbuka dan bebas. "Saya tidak meninggalkan mereka sampai matahari terbenam. Saya tidak pergi ke tanah ayahku."

Dan ketika dia pulang, ayahnya bertanya. Salman pun menceritakan bertemu dengan orang-orang Nasrani dan mengaku tertarik. Ayahnya terkejut dan berkata: "Anakku, tidak ada kebaikan dalam agama itu. Agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik."

"Tidak, agama itu lebih baik dari milik kita," tegas Salman.

Ayah Salman pun bersedih dan takut Salman akan meninggalkan agamanya. Jadi dia mengunci Salman di rumah dan merantai kakinya.

Salman tak kehabisan akan dan mengirimkan sebuah pesan kepada penganut Nasrani, meminta mereka mengkhabarkan jika ada kafilah pedagang yang pergi ke Suriah. Setelah informasi tersebut, Salman pun membuka rantai dan lari bersama dengan rombongan kafilah itu.

Ketika tiba di Suriah, dia meminta diperkenalkan dengan seorang pendeta di gereja. Dia berkata: "Saya ingin menjadi seorang Nasrani dan memberikan diri saya untuk belajar dari anda dan solat dengan anda."

Sang pendeta menyetujui dan Salman pun masuk ke dalam gereja. Namun tak lama kemudian, Salman menemukan kenyataan bahwa sang pendeta adalah seorang yang khianat. Dia memerintahkan para jemaah untuk bersedekah, namun ternyata hasil sedekah itu ditimbunnya untuk memperkaya diri sendiri.

Ketika pendeta itu meninggal dunia dan umat Nasrani berkumpul untuk menguburkannya, Salman mengatakan bahwa pendeta itu khianat dan menunjukkan bukti-bukti timbunan emas dan perak pada tujuh guni yang dikumpulkan dari sedekah para jemaah.

Setelah pendeta itu wafat, Salman pun pergi untuk mencari orang soleh lainnya, di Mosul, Nisibis, dan tempat lainnya.

Pendeta yang terakhir berkata kepadanya bahawa telah datang seorang Nabi di tanah Arab yang memiliki kejujuran yang tidak memakan sedekah untuk dirinya sendiri.

Salman pun pergi ke Arab mengikuti para pedagang dari Bani Kalb, dengan memberikan wang yang dimilikinya. Para pedagang itu setuju untuk membawa Salman.

Namun ketika mereka tiba di Wadi al-Qura (tempat antara Suriah dan Madinah), para pedagang itu mengingkari janji dan menjadikan Salman seorang hamba abdi, lalu dijual kepada seorang Yahudi.

Singkat cerita, akhirnya Salman dapat sampai ke Yatsrib (Madinah) dan bertemu dengan rombongan yang baru hijrah dari Makkah. Salman dibebaskan dengan wang tebusan yang dikumpulkan oleh Rasulullah SAW dan selanjutnya mendapat bimbingan langsung dari beliau.

Betapa gembira hatinya, kenyataan yang diterimanya jauh melebihi apa yang dicita-citakannya, dari sekadar ingin bertemu dan berguru menjadi anugerah pengakuan sebagai muslimin di tengah-tengah kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang disatukan sebagai saudara.

Kisah kepahlawanan Salman yang terkenal adalah karena idenya membuat parit bagi melindungi kota Madinah dalam Perang Khandaq. Ketika itu Madinah akan diserang pasukan Quraisy yang mendapat sokongan dari suku-suku Arab lainnya yang berjumlah 10.000 bala tentera. Pemimpin pasukan itu adalah Abu Sufyan. Ancaman juga datang dari dalam Madinah, di mana penganut Yahudi dari Bani Quradhzah akan memerangi dari dalam kota.

Rasulullah SAW pun meminta dari sahabat-sahabatnya bagaimana strategi menghadapi mereka. Setelah bermusyawarah akhirnya saranan Salman al Farisi atau yang biasa dipanggil Abu Abdillah diterima.

Strategi Salman memang belum pernah dibuat oleh bangsa Arab pada waktu itu. Namun atas ketajaman pertimbangan Rasulullah SAW, saranan tersebut diterima.

Atas saranan Salman itulah perang dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang itu telah dimenangkan kaum Muslimin/ Islam.

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad, Salman dikirim untuk menjadi gabenor di daerah kelahirannya hingga dia (Salman) meninggal dunia.
RENUNG SEJARAH SILAM….FIKIR IKTIBARNYA

1 comments:

abu muaz berkata...

Selamat Hari Lahir.Semoga anda menjadi Salman yang berjuang
untuk membebas dan menyelamatkan Malaysia dari Rasuah dan ketidakadilan.

 
Powered By Blogger | Original Design By Far East Technologies | Modified By iEn © 2008 | Resolution: 1024x768px | Best View: Firefox | Top